Analisis Semiotik dalam Karya Sastra Asing

 

Nama: Ronald Alfi Fario

NPM: 202046500237

Tugas ke: 4

 

 

Pengertian Semiotik

Semiotika berasal dari bahasa Yunani: semeion yang berarti tanda. Namun Semiotika/Semiologi adalah studi tentang tanda dan cara kerjanya (Fisk, 2004). Dua pelopor metode semiotika, yaitu Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Pierce (1839-1914). Menurut semiotika Saussure Berdasarkan perilaku dan perilaku manusia akan Dengan makna, dan makna simbol bukanlah makna bawaan Sebaliknya, itu dihasilkan melalui sistem simbol yang digunakan di keramaian tertentu (Sunardi, 2004). Pada saat yang sama, Pierce berpendapat bahwa penalaran manusia selalu dilakukan melalui simbol, artinya manusia hanya bisa lewat tanda (Sunardi, 2004). Tinarbuko (2008) mengungkapkan bahwa semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda, mampu mengetahui bagaimana tanda tersebut berfungsi dan menghasilkan makna. Tanda tidak terbatas pada benda melainkan juga sebuah isyarat atau gerak badan manusia.

Konsep-konsep dasar Semiotik

Semiotika adalah ilmu tentang mitos dan makna simbol metafora.

Konsep dasar semiotika adalah tanda/simbol, kode, makna, mitos, dan metafora.

a. Masuk Menurut Saussure (dalam Sobur, 2006), simbol dibagi menjadi: Tiga komponen, yaitu: Semacam. Tanda meliputi aspek fisik (bunyi, huruf, gambar, gerakan, bentuk).

b. Penanda adalah aspek material dari bahasa: apa ucapkan atau dengarkan, tulis atau baca.

c. Petanda adalah gambaran mental, pemikiran, dan draf. Penanda adalah aspek psikologis bahasa.

1. Berbagai macam Semiotik di Dunia.

Kompleksitas semiotika sebenarnya berpusat pada dualisme antara Saussure (lingguistik Eropa) dengan Pierce (filsafat Amerika). Perkembangan semiotika hingga sekarang merupakan hasil dari dua tradisi ilmu yang berbeda.

1. Filsafat; pemikiran filosofis mengenai tanda sudah ada sejak Plato dan Aristoteles kemudian dilanjutkan oleh Aliaran Stoa, Agustin, aliran Skolastik, Locke, Leibnis, Wolf, Lambert, Hegel, Bolzano, hingga pada Frege, Pierce, Wittgenstein, Husserl, Carnap, dan Morris. Berkembang di negara-negara Anglo-Sachsen.

2. Linguistik Eropa; meskipun berakar dari filsafat, tetapi melepaskan diri dari filsafat. Berawal dari Ferdinand de Saussure kemudian Jacobson, Trubetzkoy,  dan Hjelmslevs. Mereka ini membuka jalan untuk berbagai penelitian ilmiah yang bersifat semiotis. Semiotika semacam ini berkembang terutama di negara-negara yang berbahasa Perancis atau beorientasi pada kebudayaan Perancis seperti Italia, Jerman, dan Uni Soviet (Rusia). Tahun 1960-an kedua aliran ini justru menjadi satu kesatuan, meskipun masih membingungkan. Tahun 1963 Georg Klaus memperbandingkan kedua pandangan yang berbeda ini dan kemudian mengintegrasikannya menjadi satu kesatuan (Trabaut 1996:6-7). Di samping itu, adanya relasi antara semiotika dengan semantik yang berupa ilmu tentang arti/maksud bahasa dan etnografi yang berusaha mempelajari peristiwa budaya dan mendeskripsikannya. Kedua bidang ilmu ini seakan-akan dicakup oleh semiotika modern dan posmodernisme.

Perkembangan semiotika cukup cepat, hampir semua bidang ilmu memanfaatkan ilmu ini. Semiotika saat ini sudah merupakan semiotika gabungan antara semiotika Saussure (lingguistik Eropa) dengan semiotika memiliki relasi dengan semantik dan etnografi. Semiotika Amerika membagi tiga cabang semiotika, terutama yang diwakili oleh Pierce, Morris, dan Mead. Hubungan antara semiotika dan etnografi dibentuk melalui interpretasi simbolik berkaitan dengan kebiasaan masyarakat Menjelaskan tanda atau simbol. Menghubung Itu tentu saja tergantung pada interpretasinya Masyarakat tertentu, dengan kata lain, benar suatu masyarakat dapat memiliki interpretasi yang berbeda Tanda atau simbol sosial lainnya identik. Sebagian besar hubungan ini diindeks kausalitas simbol. seperti lolongan anjing atau serigala di malam hari Sehari dalam kehidupan orang-orang Meksiko tenggara terkait dengan keberadaan penyihir Siapa yang datang malam itu. menjelaskan Manning (2001) mengaitkannya dengan Tiga tingkatan niat, yaitu ekstensi (sambungan) Arti sempit), konotasi (arti luas), ideologi (tautan lebih luas) atau Barthes (2004) disebut mitos.

2. Teori Semiotika Roland Barthes

Menurutnya semiotika adalah ilmu yang digunakan untuk memaknai suatu tanda. Bahasa merupakan susunan dari tanda yang memiliki pesan – pesan tertentu dari masyarakat. Selain bahasa tanda dapat berupa lagu, not musik, benda, dialog, gambar, logo, gerak tubuh, dan mimik wajah. Roland, mencetuskan model analisis tanda signifikasi dua tahap atau two order of signification. Kemudian Roland membaginya dalam denotasi dan konotasi. Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara petanda dan penanda dalam bentuk nyata. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna asli atau makna umum yang mutlak dipahami oleh kebanyakan orang. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan hubungan yang terjadi ketika tanda tercampur dengan perasaan atau emosi.

Menurut Barthes, analisis naratif struktural secara metodologis berasal dari perkembangan awal atas apa yang disebut linguistik struktural sebagaimana pada perkembangan akhirnya dikenal sebagai semiologi teks atau semiotika. Jadi, secara sederhana analisis naratif struktural dapat disebut juga sebagai semiologi teks karena memfokuskan diri pada naskah. Intinya sama, yakni mencoba memahami makna suatu karya dengan menyusun kembali makna-makna yang tersebar dengan suatu cara tertentu. Untuk memberikan ruang atensi yang lebih lapang bagi diseminasi makna dan pluralitas teks, ia mencoba memilah-milah penanda-penanda pada wacana naratif ke dalam serangkaian fragmen ringkas dan beruntun yang disebutnya sebagai leksia-leksia (lexias), yaitu satuan-satuan pembacaan (unit of reading) dengan panjang pendek bervariasi. Merujuk pada teori Roland Barthes, analisis semiotik dalam kumpulan karya sastra asing dapat dilakukan dengan pengelompokkan penanda tekstual (leksia) yang selanjutnya setiap atau tiap-tiap leksia dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari lima kode pembacaan. Salah satu karya sastra asing adalah karya sastra yang berasal dari negara Prancis. Jenis karya sastra Prancis adalah roman, novel, cerpen, puisi, cerita rakyat, dan dongeng. Berikut dipaparkan langkah-langkah analisis berdasarkan sebuah dongeng Prancis yang berjudul Le Petit Poucet (Si Kecil Ibu Jari).

dalam dongeng tersebut. Langkah awal adalah mengkaji leksia dan kode-kode pembacaan, yaitu:

1.  kode hermeneutik (kode teka-teki)

2.  kode semik (makna konotatif)

3.  kode simbolik

4. kode proaretik (logika tindakan)

5.  kode gnomik yang terdapat dalam teks dongeng. Setelah leksia dan kode pembacaan ditemukan, maka langkah selanjutnya ditentukan nilai moral berdasarkan tiga kategori yang terdiri atas, yaitu:

(1) hubungan manusia dengan Tuhan, (2) hubungan manusia dengan kepribadian/diri sendiri, dan (3) hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial (Bertens, 2011). Langkah terakhir adalah menemukan makna dari leksia dan lima kode pembacaan tersebut.

 

Referensi Jurnal: https://pps.unj.ac.id/publikasi/dosen/ninuk.lustyantie/16.pdf

Komentar

Postingan Populer